Nyero.ID – Gunung Sinabung merupakan salah satu gunung berapi yang masih aktif di Kabupaten Karo, Sumatera Utara dengan tingkat erupsi yang cukup dahsyat.
Namun di balik kedahsyatan letusannya, Gunung Sinabung menjadi kawasan favorit bagi para pendaki gunung karena keindahan dan pesona alamnya yang menakjubkan.
Gunung yang memiliki ketinggian hingga 2.451 Mdpl ini tercatat tidak pernah meletus sejak tahun 1600, namun kembali aktif dan erupsi pada tahun 2010, 2013, dan 2016.
Bahkan hingga saat ini aktifitas erupsi Gunung Sinabung masih tetap berlangsung meskipun dengan frekuensi dan tingkatan yang bervariasi.
A. Mitos seputar Gunung Sinabung
Keberadaan Gunung Sinabung tidak terlepas dari beberapa mitos yang beredar di masyarakat.
Mulai dari keberadaan Danau Lau Kawar di kaki gunung Sinabung yang dianggap sebagai jelmaan air mata seorang ibu yang melihat kedua anaknya, yaitu Sinabung dan Sibayak yang terus saja berkelahi.
Versi lain dari mitos yang beredar menyebutkan bahwa danau tersebut muncul karena tangisan seorang ibu yang bersedih hati ketika anak dan menantunya menyelenggarakan pesta adat tanpa menyertakannya sebagai seorang ibu.
Adapun versi terakhir menyebutkan bahwa dahulu kala tinggallah seorang nenek di puncak Gunung Sinabung sementara anak dan cucunya tinggal di kaki gunung.

Pada suatu hari keluarga nenek tersebut mengadakan pesta dan mengirimkan makanan untuk si nenek.
Namun dalam perjalanan makanan tersebut justru dimakan oleh cucunya karena merasa lapar.
Mengetahui hal itu, nenek pun marah dan mengutuk cucunya sehingga cucunya menangis hingga membentuk sebuah danau.
Dibalik beberapa versi mitos yang beredar, perlu diingat bahwa di kawasan Gunung Sinabung berlaku pantangan yang tidak boleh dilakukan.
Diantaranya adalah berbicara, bersikap dan bertingkah laku yang tidak sopan, memotong anjing dan membuang pembalut wanita ke area danau maupun gunung.
Jika tetap dilanggar maka akan muncul badai sebagai pertanda bahwa penunggu gunung dan danau murka.
Mitos lain yang beredar berhubungan dengan waktu erupsi gunung.
Dimana aktifitas letusan gunung biasa terjadi pada hari Sabtu dan Minggu sesuai dengan kesaksian warga yang sudah mendiami lereng gunung selama puluhan tahun.
B. Fakta Menarik Gunung Sinabung
Ada beberpa fakta menarik terkait Gunung Sinabung, diantaranya adalah berikut ini:
- Gunung Sinabung masuk dalam daftar gunung mati setelah letusan terakhir di tahun 1600, namun faktanya gunung ini kembali aktif dan meletus dari tahun 2010.
- Letusan Gunung Sinabung bukan dari puncaknya melainkan dari bagian samping gunung.
- Masyarakat lebih mewaspadai Gunung Sibayak karena dianggap masih aktif, namun ternyata Gunung Sinabung yang meletus.
- Gunung Sinabung memecahkan rekor sebagai gunung dengan erupsi terlama yang sebelumnya dimiliki oleh Gunung Bromo yang pernah eruspi selama 7 bulan.
C. Jalur Pendakian ke Gunung Sinabung
Jika dilihat secara administratif, Gunung Sinabung terletak di Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.
Satu-satunya gunung di Indonesia yang berkakikan danau ini masih tergabung dalam Kawasan Ekosistem Leuser (KEL).
Sementara hutannya merupakan kawasan hutan lindung berupa hutan alam pegunungan, dan termasuk dalam Tahura Bukit Barisan.
Untuk mencapai puncak Gunung Sinabung setidaknya ada dua jalur pendakian yang bisa dipilih, yaitu:
- Jalur pendakian melalui Danau Lau Kawar yang paling banyak dipilih oleh para pendaki untuk mencapai puncak gunung.
- Jalur pendakian melalui Desa Mardinding dengan medan pendakian yang cukup terjal dan curam sehingga jarang dipilih oelh para pendaki.
Selain kedua jalur pendakian tersebut, sebelumnya ada jalur pendakian melalui Desa Sigarang-garang namun saat ini sudah tidak digunakan lagi.
Pendakian bisa diawali dari Medan menuju Brastagi kemudian melanjutkannya menuju Desa Lau Kawar di Kecamatan Naman Teran.
Desa ini merupakan pos pertama sebelum melakukan pendakian. Setidaknya dibutuhkan waktu sekitar 3 jam perjalanan dari Medan menuju ke pos pendakian Danau Lau Kawar.
Pada jalur pendakian menuju ke puncak Gunung Sinabung, para pendaki akan melewati setidaknya 4 pos atau shelter yang bisa digunakan sebagai tempat beristirahat sebelum melanjutkan perjananan.

Pada pos pertama atau di kawasan Danau Lau Kawar para pendaki bisa sejenak beristirahat sambil menikmati keindahan Danau Lau Kawar yang begitu mempesona.
Banyak warga masyarakat yang memancing karena di danau ini masih terdapat banyak ikan air tawar.
Bahkan para pendaki pun bisa ikut memancing untuk mendapatkan ikan air tawar, lumayan kan bisa jadi menu makanan sebelum melanjutkan perjalanan.
Danau Lau Kawar menawarkan keindahan alaminya yang mempesona dengan pepohonan nan hijau dan asri di tepinya.
Di sekitar danau juga terdapat pondok-pondok dan dermaga yang tertata rapi sehingga terlihat semakin mempesona.
Belum lagi dengan gundukan-gundukan tanah rerumputan yang menjadi area bagi ternak kerbau milik warga untuk merumput.
Nuansa alam yang asri dengan pemandangan desa yang khas menjadikan kawasan ini kental dengan suasana desa yang damai dan menenangkan.
Untuk melakukan pendakian, para pendaki wajib melapor terlebih dulu di pos pendakian dengan melakukan registrasi kepada petugas.
Hal ini sangat penting agar petugas bisa memantau keberadaan para pendaki jika menemui kendala atau resiko kecelakaan di tengah perjalanan.
Selain itu, petugas akan memberikan pengarahan dan informasi terkait medan perjalanan dan informasi lainnya sebagai bekal bagi para pendaki sebelum mendaki gunung.
Biasanya petugas akan menyarankan pendaki untuk membawa bekal air agar tidak kehausan ketika dalam perjalanan atau setelah mencapai puncak nanti.
Jika peralatan dan perlengkapan pendakian sudah lengkap dan mencukupi, maka petugas akan mempersilakan para pendaki melanjutkan pendakian menuju ke puncak Sinabung.
Sepanjang perjalanan para pendaki juga akan disuguhi dengan hamparan ladang penduduk yang menghijau dan penuh warna sehingga memanjakan pandangan sejauh mata memandang.
Selain ladang, pendaki juga akan melewati hutan dengan aroma khas hutan tropis yang begitu memukau.
Demikian juga dengan kicauan burung liar yang pasti akan sangat dirindukan setelah pulang ke rumah.
Nuansa alam yang menenangkan selama di perjalanan bisa menjadi penghapus lelah dan kepenatan.
Adapun waktu tempuh yang diperlukan untuk mencapai puncak Gunung Sinabung sekitar 5-6 jam perjalanan.
Hal ini dikarenakan kondisi medan perjalanan yang cukup menantang sehingga membutuhkan konsentrasi dari para pendaki.
Medan perjalanan yang cukup terjal dan curam dengan bebatuan cadas menuntut para pendaki untuk mendaki secara perlahan dan ekstra hati-hati, terlebih dikanan kiri jalur pendakian terdapat jurang.
Menuju pos dua dan antara pos tiga ke pos empat, biasanya ada sumber mata air yang bisa dijadikan bekal minum selama perjalanan.
Meski begitu tidak ada jaminan sumber mata air tersebut selalu mengalir, karena ada kalanya mengering.
Itulah mengapa petugas pos menyarankan para pendaki untuk membawa bekal minuman yang cukup sebelum melakukan pendakian.
Adapun sumber air diantara pos tiga dan empat sering dikenal dengan nama air pandan, dan di lokasi inilah para pendaki biasanya beristirahat dan mendirikan tenda untuk bermalam sebelum melanjutkan perjalanan kembali.
Setelah mencapai pos keempat dan meneruskan perjalanan menuju puncak Gunung Sinabung, para pendaki akan menghadapi tantangan yang lebih sulit dengan medan pendakian berupa jalan setapak bebatuan dengan kanan kiri jurang yang curam.
Setelah menempuh perjalanan berjam-jam melewati medan perjalanan yang begitu sulit maka tibalah pendaki mencapai puncak Gunung Sinabung.
Semua rasa lelah dan penat langsung terbayar lunas dengan keindahan pemandangan di depan mata yang begitu menakjubkan.
Dengan suhu udara di puncak gunung rata-rata 15 derajat celsius, para pendaki akan merasakan sejuknya udara di pegunungan yang alami.
D. Keindahan Puncak Gunung Sinabung

Di puncak Gunung Sinabung para pendaki akan disuguhi keindahan alam yang mempesona.
Di kawasan puncak gunung, terdapat sebuah kawah dengan ukuran yang cukup besar karena merupakan gabungan dari dua kawah sebelumnya.
Kawah tersebut sering dikenal dengan istilah Kawah Batu Sigala yang diyakini menyimpan sejuta misteri yang tak terungkap hingga saat ini.
Selain puncak utama juga terdapat puncak batu atau Plasgordon yang sangat sulit ditempuh karena medannya yang berbahaya.
Diantara puncak tersebut terdapat semacam teras dengan area yang cukup luas sehingga memberikan kesan tersendiri bagi para pendaki.
Bagi masyarakat sekitar, puncak yang sangat menantang tersebut lebih dikenal dengan nama “Batu Segal”. Nama batu Segal sendiri diberikan oleh Tetua Karo di sekitar kaki gunung.
Di puncak Gunung Sinabung para pendaki bisa menikmati keindahan sunset dan sunrise yang begitu mempesona sehingga wajib diabadikan dalam foto kenangan.
Selain sunset dan sunrise, di puncak gunung pendaki akan sangat leluasa menikmati keindahan kota Kabanjahe, Brastagi, Dataran Tinggi Karo dan juga Danau Lau Kawar dari ketinggian.
Baca Juga: Pesona Gunung Prau di Dataran Tinggi Dieng Wonosobo
Selain itu di puncak Gunung Sinabung para pendaki juga bisa menikmati pesona Danau Toba dan Gunung Sibayak nan eksotik.