Kuliner Papeda, Makanan Khas Masyarakat Indonesia Timur!

Makanan Khas Papeda Papua
Photo by @noiwinata85

Nyero.ID – Papeda dikenal sebagai makanan pokok bagi masyarakat di wilayah Indonesia Timur seperti Maluku, beberapa daerah di Sulawesi, dan Papua.

Papeda terbuat dari tepung sagu yang berasal dari batang pohon sagu yang diambil sari patinya.

Pohon sagu biasanya tumbuh di tepian sungai atau di kawasan rawa-rawa dengan  kadar air yang cukup tinggi.

Tinggi pohon sagu bisa mencapai sekitar 30 meter, dimana dari satu batang pohon sagu bisa menghasilkan setidaknya 150-300 kg tepung sagu.

Masyarakat yang tinggal di wilayah pedalaman biasanya memproduksi sendiri tepung sagu sebagai bahan makanan pokok.

Mereka mencari pohon sagu di hutan ataupun rawa-rawa untuk mendapatkan sagu dengan kualitas terbaik.

Sementara masyarakat perkotaan biasanya membeli tepung sagu di pasar-pasar yang ada di sekitar pemukiman.

Papeda menjadi salah satu ikon kuliner di Papua yang dalam bahasa Inanwatan dikenal dengan sebutan “dao”.

Bagi masyarakat setempat sagu bukan hanya menjadi bahan makanan pokok saja, lebih dari itu sagu juga dianggap sebagai suatu hal yang sangat istimewa.

Papeda Makanan Khas Masyarakat Indonesia Timur
Photo by @garifu.san

Tidak heran jika dalam proses pemanenan sagu biasanya dilengkapi dengan upacara adat.

Ritual atau upacara adat tersebut merupakan ungkapan rasa syukur atas hasil panen sagu yang melimpah dan cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat.

Sagu yang diolah menjadi bubur sagu atau papeda juga sering disajikan dalam rangkaian upacara adat di Papua.

Salah satunya adalah dalam upacara Watani Kame yang merupakan upacara tanda berakhirnya siklus kematian seseorang.

Papeda akan dibagikan kepada orang-orang yang telah membantu pada penyelenggaraan upacara adat tersebut.

Sementara di Inanwatan biasanya papeda akan disajikan bersama daging babi dan menjadi salah satu menu wajib pada saat upacara kelahiran anak pertama.

Di wilayah ini papeda juga disantap oleh para wanita ketika proses pembuatan tatto sebagai penghalau rasa sakit.

Proses pengolahan sagu menjadi tepung melibatkan banyak orang sehingga cukup efektif sebagai sarana komunikasi bagi masyarakat setempat.

Mulai dari pengambilan batang, pemarutan hingga pengolahan menjadi tepung.

Proses pengolahan sagu menjadi bubur sagu atau papeda adalah dengan cara menuangkan air mendidih ke dalam tepung sagu.

Adonan tersebut diaduk sampai mengental dan warnanya berubah dari putih menjadi bening abu-abu. Proses mengaduk harus searah sampai teksturnya benar-benar seperti lem.

Untuk menyantap papeda diperlukan sumpit atau garpu yang digunakan untuk menggulung papeda sehingga lebih mudah untuk dimakan.

Tekstur papeda yang kenyal dan lembut membuat makanan ini tidak perlu dikunyah, cukup diseruput saja karena mudah sekali untuk ditelan.

Papeda memiliki rasa yang hambar dan biasanya disantap bersama ikan kuah kuning, sayur tagas-tagas, sayur ganemo, dan anuve habre.

Sehingga cita rasanya semakin enak dan menggugah selera. Meskipun hambar, papeda diketahui memiliki kandungan nutrisi yang cukup lengkap. Mulai dari protein, kalsium, fosfor, zat besi, dan lemak.

Indeks glikemik yang rendah pada papeda juga baik untuk penderita diabetes dan mengurangi resiko obesitas.

Tekstur papeda yang kenyal dan kaya serat membuat makanan ini lebih mudah untuk dicerna dan baik untuk organ pencernaan.

Mengkonsumsi papeda secara rutin diyakini mampu memberikan manfaat yang baik untuk kesehatan.

Diantaranya adalah meningkatkan kekebalan tubuh dan membersihkan organ tubuh seperti ginjal dan paru-paru.

Untuk menikmati keunikan rasa dari papeda silakan datang ke Rumah Laut Cafe & Restoran yang berada di Jalan Koti, Jayapura sekitar 11 km dari Danau Sentani.

Selain mencicipi papeda, tempat ini juga menyediakan aneka menu seafood yang menggugah selera.

Rekomendasi lainnya adalah Yougwa Restaurant di Jalan Raya Abepura No. 122, Jayapura atau sekitar 2,3 km dari Danau Sentani.

Baca Juga: 19 Makanan Khas Papua yang Menjadi Pusat Perhatian, Sudah Coba?