AS Ancang-Angcang, Ancaman bagi Korut Jika Terlibat dalam Dukungan untuk Rusia

Sahrul

Pemerintah Amerika Serikat (AS) memberikan ancaman kepada Korea Utara (Korut) jika mereka berani memberikan bantuan kepada Rusia. Washington memperingatkan bahwa tentara Korut bisa saja pulang dalam kondisi tragis, terbungkus kantong mayat.

Menurut laporan AFP pada Kamis (31/10/2024), Wakil Duta Besar AS untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Robert Wood, menyampaikan peringatan tersebut saat berbicara di hadapan Dewan Keamanan PBB dalam pertemuan yang berlangsung pada Rabu (30/10) waktu setempat. Dalam pernyataannya, Wood mengingatkan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, tentang konsekuensi jika negara tersebut memutuskan untuk membantu Rusia.

Peringatan AS disampaikan setelah laporan yang mengindikasikan bahwa Korea Utara telah mengirimkan tentaranya ke Rusia untuk memberikan dukungan dalam perang di Ukraina. Dalam ancaman tersebut, AS menegaskan bahwa jika tentara Korut nekat memasuki Ukraina dan bertempur di sisi Rusia, mereka akan dipulangkan dalam keadaan tragis, yakni di dalam kantong mayat.

“Jika pasukan DPRK memasuki Ukraina untuk mendukung Rusia, mereka pasti akan kembali dalam kantong mayat,” ucap Wood dalam pernyataannya, menggunakan nama resmi Korut, Republik Demokratik Rakyat Korea atau disingkat DPRK.

“Jadi saya akan menyarankan kepada Ketua Kim untuk berpikir dua kali soal terlibat dalam perilaku sembrono dan berbahaya seperti itu,” ujarnya.

Belum ada tanggapan langsung dari Korut soal peringatan AS tersebut.

Sebelumnya, badan intelijen Korea Selatan melaporkan bahwa Korea Utara telah mengirimkan ribuan tentaranya, termasuk pasukan khusus yang elite, ke Rusia. Pada hari Senin (28/10) waktu setempat, pihak otoritas AS juga mengungkapkan bahwa saat ini terdapat sekitar 10.000 tentara Korut yang sedang menjalani pelatihan di wilayah Rusia.

Pyongyang menegaskan bahwa mereka tidak mengirimkan pasukan ke Rusia. Namun, Wakil Menteri Luar Negeri Korea Utara untuk Urusan Rusia, Kim Jong Gyu, menyatakan dalam pernyataan melalui media pemerintah pekan lalu bahwa jika pengerahan pasukan semacam itu terjadi, hal itu akan sesuai dengan norma-norma global. Baik Korut maupun Rusia saat ini berada di bawah sanksi PBB, di mana Pyongyang terkena sanksi karena program senjata nuklirnya, sementara Moskow disanksi akibat invasinya ke Ukraina.

Menhan AS-Korsel Serukan Korut Tarik Pasukan dari Rusia

Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Lloyd Austin, dan Menteri Pertahanan Korea Selatan, Kim Yong Hyun, secara bersamaan mengeluarkan seruan pada Rabu (30/10) agar Korea Utara menarik pasukannya dari Rusia. Panggilan ini disampaikan di tengah meningkatnya kekhawatiran internasional mengenai kemungkinan keterlibatan tentara Korut dalam pertempuran melawan pasukan Ukraina.

“Saya menyerukan kepada mereka (Korut-red) untuk menarik pasukan mereka keluar dari Rusia,” ucap Austin saat berbicara di Pentagon, melontarkan seruan serupa dari Menhan Korsel yang berdiri di sebelahnya.

“Jika tentara Korea Utara bertempur bersama tentara Rusia dalam konflik ini dan menyerang tentara Ukraina, maka tentara Ukraina berhak membela diri. Mereka menjadi pihak yang berperang, dan Anda memiliki alasan untuk meyakini bahwa… mereka akan terbunuh dan terluka akibat pertempuran,” sebutnya.

Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Lloyd Austin, dan Menteri Pertahanan Korea Selatan, Kim Yong Hyun, secara bersamaan mengeluarkan seruan pada Rabu (30/10) agar Korea Utara menarik pasukannya dari Rusia. Panggilan ini disampaikan di tengah meningkatnya kekhawatiran internasional mengenai kemungkinan keterlibatan tentara Korut dalam pertempuran melawan pasukan Ukraina.

Austin mengungkapkan bahwa tentara Korea Utara tersebut telah dilengkapi dengan seragam serta senjata militer yang berasal dari Rusia.

Sebagai tambahan, Duta Besar Ukraina untuk PBB, Sergiy Kyslytsya, mengungkapkan bahwa pasukan Korea Utara mengenakan seragam militer Rusia dan berbaur dengan unit etnis minoritas sebagai upaya untuk menyembunyikan keberadaan mereka.

Ia juga menyebutkan bahwa tentara Korea Utara diperkirakan akan mulai terlibat dalam pertempuran melawan pasukan Ukraina pada bulan November mendatang.

Kim Yong Hyun, yang berbicara melalui penerjemah, menyebut pengerahan pasukan Korut ke Rusia “bisa mengakibatkan peningkatan ancaman keamanan di Semenanjung Korea”.

Hal itu, menurut Kim Yong Hyun, dikarenakan adanya “kemungkinan besar” bagi Pyongyang untuk meminta transfer teknologi dari Moskow untuk membantu program persenjataannya — termasuk senjata nuklir taktis, rudal balistik antarbenua dan satelit pengintaian — sebagai imbalan atas pengerahan pasukan mereka.

Also Read

Tags

Leave a Comment